Makalah lengkap Pengertian Bendungan ASI, Etiologi,Patofisiologi Tanda dan Gejala Makalah lengkap Pengertian Bendungan ASI, Etiologi,Patofisiologi Tanda dan Gejala - Oxtes Oxtes - Kumpulan Makalah premium

Makalah lengkap Pengertian Bendungan ASI, Etiologi,Patofisiologi Tanda dan Gejala

Makalah lengkap Pengertian Bendungan ASI, Etiologi,Patofisiologi Tanda dan Gejala


BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar belakang

Kejadian Bendungan  ASI yang disebabkan oleh pengeluaran air susuyang tidak lancar, karena bayi tidak cukup sering menyusui pada ibu nya.Gangguan ini dapat menjadi lebih parah apabila ibu jarang menyusukan bayinya,akibatnya bayi tidak mendapatkan ASI secara Ekslussif dan apabila tidak segeraditangani akan menyebababkan Bendungan ASI pada payudara, pembendungan ASI inidapat terjadi karena penyempitan duktus lakteferi atau kalenjer-kalenjer tidakdikosongkan dengan sempurna atau karenakelaianan pada punting susu sehinggaterjadinya pembengkakan pada payudara karena peningkatan aliran vena dan limfesehingga menyebabkan  bendungan ASI danrasa nyeri di sertai kenaikan suhu badan.

Menurut Data Survey Demografi dan kesehatan indonesia tahun 2015 didapatkan ibu nifas yang mengalami bendungan ASI sebanyak 35.985 atau (15,60%) ibu nifas, serta pada tahun 2015 ibu nifas yang mengalami bendungan ASI sebanyak 77.231 (37,12%) ibu nifas (SDKI,2015).

B. Rumusan masalah
  • Apakah yang dimaksud dengan bendungan ASI?
  • Bagaimanakah gejala dan tanda-tanda terjadinya bendungan ASI?
  • Bagaimana penangganan yang dapat diberikan jika terjadi bendungan ASI?
  • Bagaimana Asuhan kebidanan yang dapat diberikan jika terjadi bendungan ASI?
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. Pengertian bendungan ASI

Bendungan payudaraadalah peningkatan aliran vena dan lime pada payudara dalam rangkamempersiapkan diri untuk laktasi. Bendungan payudara bukan disebabkan olehoverdistensi dari saluran sistem laktasi.

Bendungan ASI adalah suatu kejadiandimana aliran vena dan limfatik tersumbat, aliran susu menjadi terhambat dantekanan pada saluran air susu ibu dan alveoli meningkat. Kejadian ini biasanyadisebabkan karena air susu yang terkumpul tidak dikeluarkan sehingga menjadisumbatan. Gejala yang sering muncul pada saat terjadinya bendungan ASI antaralain payudara bengkak, payudara terasa panas dan keras dan suhu tubuh ibusamoai 38?. Apabila keadaan ini berlanjut maka dapat mengakibat terjadinyamastitis dan abses payudara. (wulandari dan handayani 2011)

Pembengkakan payudara sering kalidiasosiakan dengan terlambatnya atau kurang seringnya menyusui, ataupengosongan payudara yang tidak efektif. Pembengkakan ini sering disalahartikan sebagai penuhnya payudara yang terjadi pada hari-hari pertama menyusuikarena meningkatnya kadar prolaktin, bertambahnya aliran darah ke payudara, danbertambahnya volume susu (Smith,2002)
Bendungan ASI terjadi karena sumbatan pada saluran ASI, tidak dikosongkan seluruhnya. Keluhan yang muncul adalah mamae bengkak, keras, dan terasa samapai suhu badan meningkat.penanggannya dengan mengosongkan ASI dengan masase atau pompa, memberikan estradiol sementara menghentikan pembuatan ASI, dan pengobatan simtomatis sehingga keluhan berkurang (manuaba,2010;420)

B. Etiologi
Menurut Suherni dkk(2008:54-55), penyebab bendungan ASI adalah:
  1. Terjadinyaasal sekresi ASI
  2. PemakaianBH yang terlalu ketat
  3. Tekananjari-jari ibu ketika menyusui
  4. Terjadinyapenyumbatan karena ASI yang terkumpul tidak segera dikeluarkan.
Beberapa keadaan abnormal yang mungkinterjadinya bendungan ASI adalah dapat terjadi karena sumbatan pada saluran ASI,karena tidak dikosongkan seluruhnya. (Sujiyatini,2009;104)
Bendungan ASI terjadi akibat hambatanair susu karena tekanan internal misalnya pembesaran vena, pemakaian BH yangketat, dan pemakaian baju yang ketat. (varney,2008;993)

Bendungan air susu dapat terjadi padahari ke dua atau ke tiga ketika payudara telah memproduksi air susu. Bendungandisebabkan oleh pengeluaran air susu yang tidak lancar, karena bayi tidak cukupsering menyusu, produksi meningkat, terlambat menyusukan, hubungan dengan bayi(bonding) kurang baik dan dapat pula karena pembatasan waktu menyusui.(Sarwono,2009)

Bendungan payudara dapat terjadi karenaadanya peningkatan aliran vena dan limfe pada payudara dalam rangkamempersiapkan diri untuk laktasi. (prawirohardjo,2006; hal.262)
Selama kehamilan hormon estrogen danprogesteron menginduksi perkembangan alveoli dan duktus lactifereus didalampayudara, serta merangsang produksi colostrum. Produksi ASI tidak berlangsungsampai masa sesudah kelahiran bayi ketika kadar hormon estrogen menurun.Penurunan kadar estrogen ini memungkinkan naiknya kadar prolaktin dan produksi ASI
Hisapan bayi memicu pelepasan ASI dari alveolus mamae melalui duktus ke sinus lactiferous. Hisapan merangsang produksi oksitosin oleh kalenjar hypopisis posterior. Oksitosin memasuki darah dan menyebabkan kontraksi sel-sel khususnya yang mengelilingi alveolus mamae dan duktus lactirerous. Kontraksi sel-sel khusus ini mendorong ASI keluar dari alveoli melalui duktus lactiferous, tempat ASI akan disimpan. Pada saat bayi menghisap, ASI didalam sinus ini dinamakan let down reflect atau “pelepasan”. Pada akhirnya, let down dapat dipicu tanpa rangsangan hisapan. Pelepasan dapat terjadi bila ibu mendengar bayi menangis atau sekedar memikirkan tentang bayinya. (Sulistyawati,2009;10-11)

C. Patofisiologi
Pembengkakan payudara atau bendungan ASIterjadi karena ASI
tidakdisusui dengan adekuat, sehingga sisa ASI terkumpul pada sistem duktus yangmengakibatkan terjadinya pembengkakan. Payudara bengkak ini sering terjadi padahari ketiga atau keempat sesudah melahirkan. Statis pada pembuluh darah danlimfe akan mengakibatkan meningkatnya tekanan intrakaudal, yang akanmempengaruhi segmen pada payudara, sehingga tekanan seluruh payudara meningkat.Akibatnya, payudara sering terasa penuh, tegang, serta nyeri. Kemudian diikutioleh penurunan produksi ASI (Saleha,2009;105)

            pelepasan ASI berada dibawah kendalineuro-endokrin. Rangsangan sentuhan pada payudara (bayi menghisap) akanmerangsang produksi oksitosin yang menyebabkan kontraksi sel-sel khusus. Prosesini disebut ‘”reflek prolaktin” atau milk production reflect yang membuat ASItersedia bagi bayi. Dalam hari-hari dini, laktasi reflek ini tidak dipengaruhioleh keadaan emosi ibu. Nantinya, reflek ini dapat ,enghambat oleh keadaanemosi ibu bila ia merasa takut, lelah, malu, merasa tidak pasti, atau bilamerasa nyeri.

            Bila bayi lahir dan plasenta keluar,kadar estrogen dan progesteron turun dalam 2-3 hari. Dengan ini faktorhipotalamus yang menghalagi keluarnya pituitary lectogenic hormon (prolaktin)waktu hamil, dan sangat dipengaruhi oleh estrogen tidak dikeluarkan lagi, danterjadi sekresi prolaktin oleh hipofisis. Hormon ini menyebabkanalveolus-alveolus kelenjar mammae terisi dengan air susu, tetapi untukmengeluarkannya dibutuhkan reflek yang menyebabkan kontraksi sel-sel mio-epitelyang mengelilingi alveolus dan duktus kecil kelenjar-kelenjar tersebut. Reflekini timbul jika bayi menyusu . pada permulaan nifas apabila bayi belum menyusudengan baik atau kemudian apabila kelenjar-kelenjar tidak dikosongkan dengansempurna terjadi pembendungan air susu. (Wiknjosastro,2005)

            Kepenuhan fisiologis adalah sejak hari ketiga sampai hari keempat setelah persalinan, ketika ASI secara normal dihasilkan, payudara menjadi sangat penuh. Hal ini bersifat fisiologis dan dengan penghisapan yang efektif dan pengeluaran ASI oleh bayi, rasa penuh tersebut pulih dengan cepat. Namun dapat berkembang menjadi bendungan. Pada bendungan, payudara terisi sangat penuh dengan ASI dan cairan jaringan. Aliran vena limpatik tersumbat, aliran susu menjadi terhambat dan tekanan pada saluran ASI dengan alveoli meningkat. Payudara menjadi bengkak, merah dan mengkilap.

D. Tanda dan gejala
Tandadan gejala terjadinya bendungan ASI antara lain (wiknjosastro,2005)
  1. Payudarakeras dan panas pada perabaan
  2. Suhubadan naik
  3. Puntingsusu bisa mendatar dan dalam hal ini dapat menyukarkan bayi untuk menyusu
  4. Kadang-kadangpengeluaran air susu terhalang
Gejala bendungan ASI adalah terjadi pembengkakan payudara bilateral dan secara palpsi teraba keras kali disertai peningkatan suhu tubuh ibu, tetapi tidak terdapat tanda-tanda kemerahan dan demam.(sarwono,2009)

A. Pencegahan?
  • Ibu hendaknya menyusui dini, sesegera mungkin (sebelum 30 menit) setelah bayi dilahirkan
  • Bayi disusui tanpa jadwal (atas permintaan)
  • ASI dikeluarkan dengan tangan atau pompa bila produksinya melebihi kebutuhan bayi
  • Payudara pascasalin senantiasa dirawat
  • Menyusui dengan sering
A. Penanganan/penatalaksaan
  • Ibu menyusui
  1. Susukansesering mungkin
  2. Keduapayudara disusukan
  3. Kompreshangat payudara sebelum disusukan
  4. Bantudengan memijat payudara untuk permulaan menyusui
  5. Payudaradisanggakan
  6. Kompresdingin pada payudara diantara waktu menyusui
  7. Biladiperlukam berikan parasetamol 500mg per oral setiap 4 jam
  8. Lakukanevaluasi setelah 3 hari untuk mengevaluasi hasilnya
  9. Ibutidak menyusui
Bila ibu tidak menyusuibayinya, maka lakukanlah hal-hal dibawah ini
  1. Payudaradisanggakan
  2. Kompresdingin pada payudara untuk mengurangi pembengkakan dan rasa sakit
  3. Biladiperlukan berikan parasetamol 500mg per oral setiap 4 jam
  4. Janganpijat atau memakai kompres hangat pada payudara
BAB III
TINJAUAN KASUS


  • Hari/tanggal : Jumaat 04 Oktober 2018
  • Pukul :12.00
  • Tempat :Bpm Murni

  1. Subjektif
Ny.sberusia  26 tahun, ibu mengatakan payudara bengkak, nyeri, badan panas sejak pagi tadi, dan bayinya susah menyususejak 2 hari yang lalu.
  • Objektif
  1. Keadaanumum :Baik
  2. Kesadaran :composmentis
  3. TTV :
  4. TD:120/80mmHg
  5. N :80x/menit
  6. Rr :22x/menit
  7. T :37,5?
  8. Mammae :ada pembengkakan disebelahkiri payudara

Areola hiperpigmentasi
Punting susu mendatar
Kolostrum keluar sedikit
Payudara nyeri saat ditekan
Payudara tanpak kemerahan
  • Analisa
P1A0 Ibu dengan diagnosa Bendungan ASI
  • Penatalaksaan
  • Beritahuibu tentang hasil pemeriksaan
  • Beridukungan moril pada ibu
  • Berikonseling tentang perawatan payudara
  • Anjurkanibu menyusui bayinya sesering mungkin
  • Anjurkanibu mengompres hangat payudara sebelum disusukan
  • Anjurkanibu memakai BH yang mampu menopang payudara dan tidak terlalu ketat
  • Berikanterapi
  • Parasetamol500 mg per oral 3×1 (10 tablet)
  • Antalgin500 mg per oral 3×1 (10 tablet)
  • Ibusudah mengerti apa yang sudah disampaikan bidan.

BAB IV
PENUTUP

A. KESIMPULAN

Ibu yang sedang Dalam masa nifas dapat mengalami beberapa masalah  yang biasanyaterjadi seperti pembendunga air susu ibu, ini dapat terjadi pada hari ke duaatau ke tiga ketika payudara telah memproduksi air susu. Hal ini disebabkankarena kadar estrogen dan progesteron turun dalam 2-3 hari sesudah melahirkan. Denganini faktor dari hipotalamus yang menghalangi prolaktin waktu hamil, dan sangatdi pengaruhi oleh estrogen tidak dikeluarkan lagi, dan terjadi sekresiprolaktin oleh hipofisis. Hormon ini menyebabkan alveolus-alveolus kelenjarmammae terisi dengan air susu, tetapi untuk mengeluarkan dibutuhkan reflek,yang bisa timbul dari hisapan bayi, apabila bayi tidak menyusu dengan baik,atau jika tidak dikosongkan dengan sempurna, maka terjadi bendungan air susu.
Tanda dan gejala pembendungan ASI yangbiasanya dirasakan oleh ibu yaitu  Mammaepanas serta keras pada saat perabaan dan nyeri Warnanya kemerahan. Suhu tubuhsampai 38?
Penatalaksanaanya bisa dengan dikompres ataupun dengan pemberian obat paracetamol jika ibunya mengalami deman.

B. SARAN
BagiTenaga Kesehatan:
  • Diharapkan petugas kesehatan lebih meningkatkan konseling tentang menyusui secara eksklusif.
  • Diharapkan petugas kesehatan bisa mempertahankan pelayanan kebidanan yang sudah memenuhi standart.
 Bagi Pasien:
  • Diharapkan pasien aktif bertanya kepada petugas meskipun belum ada keluhan, dan melakukan kunjungan ulang sesuai dengan jadwalnya.
DAFTAR PUSTAKA

Wulandari, S. R,Handayani, S. (2011). Asuhan Kebidanan ibu masa nifas. Yogyakarta : Gosyenpublising
Pranoto Ibnu,Widyastuti Yani, Cerry Sitohang Pesta, Yumei Santi Mina. 2013. Patologikebidanan. Yogyakarta
Pollard Maria. 2014.Asuhan berbasis bukti. Jakarta
DjmahoerMartaadisoebrata, Firman f, Wirakusumah, Jusuf S. Efendi.2013 obstetripatologi. Edisi 3. Jakarta
Furri Purma Candri.2013 asuhan kebidanan

1 Komentar

Posting Komentar

Lebih baru Lebih lama