Makalah Penyakit Akibat Kerja (PAK) Faktor Kimia. Pencegahan, Perawatan dan Pengobatan Makalah Penyakit Akibat Kerja (PAK) Faktor Kimia. Pencegahan, Perawatan dan Pengobatan - Oxtes Oxtes - Kumpulan Makalah premium

Makalah Penyakit Akibat Kerja (PAK) Faktor Kimia. Pencegahan, Perawatan dan Pengobatan

Makalah Penyakit Akibat Kerja (PAK) Faktor Kimia. Pencegahan, Perawatan dan Pengobatan


BAB I
KATA PENGANTAR

Segala puji bagi Allah SWT, yang telah memberikan Rahmat, Taufik, Hidayah serta Inayah-Nya kepadaKami, sehingga kami memiliki kesempatan untuk dapat menyelesaikan makalah ini.Shalawat dan salam semoga selalu tercurahkan sepenuhnya kepada baginda Nabibesar Muhammad SAW, yang telah membawa kita dari zaman jahiliah ke zamanislamiah yang modern seperti saat ini. Dan juga kepada keluarganya, Sahabat,Tabi’in, Tabi’it-tabi’in seta para pengikut-pengikutnya hingga akhir kiamatnanti.

Ucapkan terimakasih,penulis ucapkan kepada Dosen Pembimbing serta teman-teman yang telah membantudalam penyelesaian makalah yang membahas tentang “PAK Faktor Kimia”.
Demikian makalah inidisusun, penulis menyadari bahwa di dalam penulis makalah ini banyak sekalikekurangan, akan tetapi penulis berharap dengan dibuatnya makalah ini dapatmemberikan manfa’at serta pengetahuan untuk semuanya. Aamiin

BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang

Setiap pekerjaan di dunia ini hampirpasti tak ada yang tak berisiko. Ibarat pepatah bermain air basah, bermain apihangus. Kecelakaan dan sakit akibat kerja sudah menjadi risiko setiap orangyang melakukan pekerjaan, baik itu petani, nelayan, buruh pabrik, pekerjatambang, maupun pegawai kantoran sekalipun.

Sepanjang tahun 2009, pemerintahmencatat telah terjadi sebanyak 54.398 kasus kecelakaan kerja di Indonesia.Meski menunjukkan tren menurun, namun angka tersebut masih tergolong tinggi.Kecelakaan kerja di sebuah pabrik gula di Jawa Tengah menyebabkan empatpekerjanya tewas dan di Tuban Jawa Timur seorang meninggal dan dua oranglainnya terluka akibat tersiram serbuk panas saat bekerja di salah satu pabriksemen adalah beberapa contoh kasus kecelakaan kerja yang mengakibatkan kerugianbahkan sampai menghilangkan nyawa.

Kerugian akibat kecelakaan kerjatidak hanya dirasakan oleh tenaga kerja itu sendiri, namun juga bisa berdampakpada masyarakat sekitar. Oleh karena itu perlu adanya penerapan sebuah sistemmanajemen keselamatan dan kesehatan Kerja (SMK3) di tempat kerja berbasisparadigma sehat.

Hal itu menjadi kebutuhan yang mendesak mengingat jumlah tenaga kerja di Indonesia pada tahun 2009 sebesar 104,49 juta, bekerja di sektor formal sebesar 30,51 % sedangkan 69,49 % bekerja di sektor informal, dengan distribusi sebesar 41,18% bekerja di bidang pertanian, industri 12,07%; perdagangan sebesar 20,90%; transportasi, pergudangan dan komunikasi sebesar 5,69%; konstruksi sebesar 4,42%, jasa dan keuangan 14,44%; serta pertambangan, listrik dan gas 1,3% (Berita Resmi Statistik 2009). Dari data tahun 2007 diketahui kecelakaan kerja terbanyak terjadi pada tenaga kerja konstruksi dan industri masing-masing 31,9 % dan 31,6 %.

B. Rumusan Masalah
  • Apa yang dimaksud dengan PAK?
  • Bagaimana Klasifikasi penyakit akibat kerja?
  • Apa – apa saja Penyakit Akibat Kerja?
  • Bagaimana Pencegahan dari PAK?
  • Bagaimana Perawatan dan pengobatan?

BAB II
PEMBAHASAN

A. Definisi

Penyakit Akibat Kerja adalahpenyakit yang disebabkan oleh pekerjaan, alat kerja, bahan, proses maupunlingkungan kerja. Dengan demikian Penyakit Akibat Kerja merupakan penyakit yangartifisial atau man made disease. Dalammelakukan pekerjaan apapun, sebenarnya kita berisiko untuk mendapatkan gangguanKesehatan atau penyakit yang ditimbulkan olehpenyakit tersebut.Oleh karena itu , penyakit akibat kerja adalahpenyakit yang disebabkan oleh pekerjaan,alat kerja , bahan , proses maupunlingkungan kerja.

Pada simposium internasionalmengenai penyakit akibat hubungan pekerjaan yang diselenggarakan oleh ILO (International Labour Organization) di Linz, Austria,dihasilkan definisi menyangkut PAK sebagai berikut:
  1. Penyakit Akibat Kerja – OccupationalDisease adalahpenyakit yang mempunyai penyebab yang spesifik atau asosiasi yang kuat denganpekerjaan, yang pada umumnya terdiri dari satu agen penyebab yang sudah diakui.
  2. Penyakit yang Berhubungan dengan Pekerjaan– Work Related Disease adalah penyakit yang mempunyaibeberapa agen penyebab, dimana faktor pekerjaan memegang peranan bersama denganfaktor risiko lainnya dalam berkembangnya penyakit yang mempunyai etiologikompleks.
  3. Penyakit yang Mengenai Populasi Kerja– Disease of Fecting Working Populations adalah penyakit yang terjadi padapopulasi pekerja tanpa adanya agen penyebab ditempat kerja, namun dapatdiperberat oleh kondisi pekerjaan yang buruk bagi kesehatan.
Menurut Cherry, 1999 “ An occupational disease may be defined simply as one that is caused , or made worse , byexposure at work.. Di sini menggambarkan bahwa secara sederhanasesuatu yang disebabkan , atau diperburuk , oleh pajanan di tempat kerja . Atau,“ An occupational disease is health problem caused by exposure to aworkplace hazard ” (Workplace Safety and Insurance Board, 2005),Sedangkan dari definisi kedua tersebut, penyakit akibat kerja adalah suatumasalah Kesehatan yang disebabkan oleh pajanan berbahaya di tempat kerja.
Dalam hal ini , pajanan berbahayayang dimaksud oleh Work place Safety and Insurance Board (2005 ) antara lain :
  • Debu , gas , atau asap
  • Suara / kebisingan ( noise )
  • Bahan toksik ( racun )
  • Getaran ( vibration )
  • Radiasi
  • Infeksi kuman atau dingin yang ekstrem
  • Tekanan udara tinggi atau rendah yang ekstrem
Menurut Keputusan PresidenNomor  22 tahun 1993 tertanggal 27 Februari 1993, Penyakit yang timbulakibat hubungan kerja adalah penyakit yang disebabkan oleh pekerjaan ataulingkungan kerja (pasal 1). Keputusan Presiden tersebut melampirkan DaftarPenyakit yang diantaranya yang berkaitan dengan pulmonologi termasukpneumokoniosis dan silikotuberkulosis, penyakit paru dan saluran nafas akibatdebu logam keras, penyakit paru dan saluran nafas akibat debu kapas, vals,henep dan sisal (bissinosis), asma akibat kerja, dan alveolitis alergika.

Pasal 2 Keputusan Presiden tersebut menyatakan bahwa mereka yang menderita penyakit yang timbul karena hubungan kerja berhak memperoleh jaminan kecelakaan kerja. Keputusan Presiden tersebut merujuk kepada Undang-Undang RI No 3 tahun 1992 tentang Jaminan Sosial Tenaga Kerja, yang pasal 1 nya menyatakan bahwa  kecelakaan kerja adalah kecelakaan yang terjadi berhubung dengan hubungan kerja, termasuk penyakit yg timbul karena hub kerja, demikian pula kecelakaan yang terjadi dalam perjalanan berangkat dari rumah menuju tempat kerja, dan pulang kerumah melalui jalan yg biasa atau wajar dilalui.

B. Klasifikasi penyakit akibat kerja
Dalam melakukan tugasnya diperusahaan seseorang atau sekelompok pekerja berisiko mendapatkan kecelakaanatau penyakit akibat kerja.
WHO membedakan empat kategoriPenyakit Akibat Kerja, yaitu:
  1. Penyakit yang hanya disebabkan olehpekerjaan, misalnya Pneumoconiosis.
  2. Penyakit yang salah satu penyebabnyaadalah pekerjaan, misalnya Karsinoma Bronkhogenik.
  3. Penyakit dengan pekerjaan merupakansalah satu penyebab di antara faktor-faktor penyebab lainnya, misalnyaBronkhitis khronis.
  4. Penyakit dimana pekerjaanmemperberat suatu kondisi yang sudah ada sebelumnya, misalnya asma.
Beberapa jenis penyakit pneumoconiosis yang banyak dijumpai di daerah yangmemiliki banyak kegiatan industri dan teknologi, yaitu:
  1. Penyakit Silikosis
Penyakit Silikosis disebabkan oleh pencemaran debusilika bebas, berupa SiO2 yang terhisap masuk ke dalam paru-paru dan kemudianmengendap.  Debu silika bebas ini banyak terdapat di pabrik besi dan baja,keramik, pengecoran beton, bengkel yang mengerjakan besi (mengikir,menggerinda, dll). Selain dari itu, debu silika juka banyak terdapat di tempatdi tempat penampang bijih besi, timah putih dan tambang batubara.

Pemakaian batubara sebagai bahan bakar juga banyakmenghasilkan debu silika bebas SiO2. Pada saat dibakar, debu silika akan keluardan terdispersi ke udara bersama – sama dengan partikel lainnya, seperti debualumina, oksida besi dan karbon dalam bentuk abu.

Debu silika yang masuk ke dalam paru-paru akanmengalami masa inkubasi sekitar 2 sampai 4 tahun. Masa inkubasi ini akan lebihpendek, atau gejala penyakit silicosis akan segera tampak, apabila konsentrasisilika di udara cukup tinggi dan terhisap ke paru-paru dalam jumlah banyak.Penyakit  silicosis ditandai dengan sesak nafas yang disertai batuk-batuk.Batuk ini seringkali tidak disertai dengan dahak. Pada silicosis tingkahsedang, gejala sesak nafas yang disertai terlihat dan pada pemeriksaanfototoraks kelainan paru-parunya mudah sekali diamati.

Bila penyakit silicosis sudah berat maka sesak nafasakan semakin parah dan kemudian diikuti dengan hipertropi jantung sebelah kananyang akan mengakibatkan kegagalan kerja jantung.
Tempat kerja yang potensial untuk tercemari oleh debusilika perlu mendapatkan pengawasan keselamatan dan kesehatan kerja danlingkungan yang ketat sebab penyakit silicosis ini belum ada obatnya yangtepat. Tindakan preventif lebih penting dan berarti dibandingkan dengantindakan pengobatannya. Penyakit silicosis akan lebih buruk kalau penderitasebelumnya juga sudah menderita penyakit TBC paru-paru, bronchitis, astmabroonchiale dan penyakit saluran pernapasan lainnya.
Pengawasan dan pemeriksaan kesehatan secara berkalabagi pekerja akan sangat membantu pencegahan dan penanggulanganpenyakit-penyakit akibat kerja. Data kesehatan pekerja sebelum masuk kerja,selama bekerja dan sesudah bekerja perlu dicatat untuk pemantulan riwayatpenyakit pekerja kalau sewaktu – waktu diperlukan.
  • Penyakit Asbestosis
Penyakit Asbestosis adalah penyakit akibat kerja yangdisebabkan oleh  debu atau serat asbes yang mencemari udara. Asbes adalahcampuran dari berbagai macam silikat, namun yang paling utama  adalahMagnesium silikat. Debu asbes banyak dijumpai pada pabrik dan industri yangmenggunakan asbes, pabrik pemintalan serat asbes, pabrik beratap asbes dan lainsebagainya.
Debu asbes yang terhirup masuk kedalam paru-paru akan mengakibatkan gejala sesak napas dan batuk-batuk yangdisertai dengan dahak. Ujung-ujung jari penderitanya akan tampak membesar /melebar. Apabila dilakukan pemeriksaan pada dahak  maka akan tampak adanyadebu asbes dalam dahak tersebut. Pemakaian asbes untuk berbagai macam keperluankiranya perlu diikuti dengan kesadaran akan keselamatan dan kesehatanlingkungan agar jangan sampai mengakibatkan asbestosis ini.
  • Penyakit Bisinosis
Penyakit Bisinosis adalah penyakit pneumoconiosis yangdisebabkan oleh pencemaran debu napas atau serat kapas di udara yang kemudianterhisap ke dalam paru-paru. Debu kapas atau serat kapas ini banyak dijumpaipada pabrik pemintalan kapas, pabrik tekstil, perusahaan dan pergudangan kapasserta pabrik atau bekerja lain yang menggunakan kapas atau tekstil; sepertitempat pembuatan kasur, pembuatan jok kursi dan lain sebagainya.

Masa inkubasi penyakit bisinosiscukup lama, yaitu sekitar 5 tahun. Tanda-tanda awal penyakit bisinosis iniberupa sesak napas, terasa berat pada dada, terutama pada hari Senin (yaituhari awal kerja pada setiap minggu). Secara psikis setiap hari Senin bekerjayang menderita penyakit bisinosis merasakan beban berat pada dada serta sesaknafas. Reaksi alergi akibat adanya kapas yang masuk ke dalam saluran pernapasanjuga merupakan gejala awal bisinosis. Pada bisinosis yang sudah lanjut atauberat, penyakit tersebut biasanya juga diikuti dengan penyakit bronchitiskronis dan mungkin juga disertai dengan emphysema.
  • Penyakit Antrakosis
Penyakit Antrakosis adalah penyakit saluran pernapasanyang disebabkan oleh debu batubara. Penyakit ini biasanya dijumpai padapekerja-pekerja tambang batubara atau pada pekerja-pekerja yang banyakmelibatkan penggunaan batubara, seperti pengumpa batubara pada tanur besi,lokomotif (stoker) dan juga pada kapal laut bertenaga batubara, serta pekerjaboiler pada pusat Listrik Tenaga Uap berbahan bakar batubara.

Masa inkubasi penyakit ini antara 2 – 4 tahun. Sepertihalnya penyakit silicosis dan juga penyakit-penyakit pneumokonisosi lainnya,penyakit antrakosis juga ditandai dengan adanya rasa sesak napas. Karena padadebu batubara terkadang juga terdapat debu silikat maka penyakit antrakosisjuga sering disertai dengan penyakit silicosis. Bila hal ini terjadi makapenyakitnya disebut silikoantrakosis. Penyakit antrakosis ada tiga macam, yaitupenyakit antrakosis murni, penyakit silikoantraksosis dan penyakittuberkolosilikoantrakosis.

Penyakit antrakosis murni disebabkandebu batubara. Penyakit ini memerlukan waktu yang cukup lama untuk menjadiberat, dan relatif tidak begitu berbahaya. Penyakit antrakosis menjadi beratbila disertai dengan komplikasi atau emphysema yang memungkinkan terjadinyakematian. Kalau terjadi emphysema maka antrakosis murni lebih berat daripadasilikoantraksosis yang relatif jarang diikuti oleh emphysema. Sebenarnya antaraantrakosis murni dan silikoantraksosi sulit dibedakan, kecuali dari sumberpenyebabnya. Sedangkan paenyakit tuberkolosilikoantrakosis lebih mudahdibedakan dengan kedua penyakit antrakosis lainnya. Perbedaan ini mudah dilihatdari fototorak yang  menunjukkan kelainan pada paru-paru akibat adanyadebu batubara dan debu silikat, serta juga adanya baksil tuberculosis yangmenyerang paru-paru.
  • Penyakit Beriliosis
Udara yang tercemar oleh debu logam berilium, baikyang berupa logam murni, oksida, sulfat, maupun dalam bentuk halogenida, dapatmenyebabkan penyakit saluran pernapasan yang disebut beriliosis. Debu logamtersebut dapat menyebabkan nasoparingtis, bronchitis dan pneumonitis yangditandai dengan gejala sedikit demam, batuk kering dan sesak napas. Penyakitberiliosis dapat timbul pada pekerja-pekerja industri yang menggunakan logamcampuran berilium, tembaga, pekerja pada pabrik fluoresen, pabrik pembuatantabung radio dan juga pada pekerja pengolahan bahan penunjang industri nuklir.

Selain dari itu, pekerja-pekerja yang banyak menggunakan seng (dalam bentuk silikat) dan juga mangan, dapat juga menyebabkan penyakit beriliosis yang tertunda atau delayed berryliosis  yang disebut juga dengan beriliosis kronis. Efek tertunda ini bisa berselang 5 tahun setelah berhenti menghirup udara yang tercemar oleh debu logam tersebut. Jadi lima tahun setelah pekerja tersebut tidak lagi berada di lingkungan yang mengandung debu logam tersebut, penyakit beriliosis  mungkin saja timbul. Penyakit ini ditandai dengan gejala mudah lelah, berat badan yang menurun dan sesak napas. Oleh karena itu pemeriksaan kesehatan secara berkala bagi pekerja-pekerja yang terlibat dengan pekerja  yang menggunakan logam tersebut perlu dilaksanakan terus – menerus.

C. Penyakit Akibat Kerja
Adapun beberapa penyakit akibatkerja, antara lain:
  1. Penyakit Saluran Pernafasan
PAKpada saluran pernafasan dapat bersifat akut maupun kronis. Akut misalnya asmaakibat kerja. Sering didiagnosis sebagai tracheobronchitis akut atau karenavirus. Kronis, missal: asbestosis. Seperti gejala Chronic Obstructive Pulmonary Disease (COPD).Edema paru akut. Dapat disebabkan oleh bahan kimia seperti nitrogen oksida.
  • Penyakit Kulit
Padaumumnya tidak spesifik, menyusahkan, tidak mengancam kehidupan, kadang sembuhsendiri. Dermatitis kontak yang dilaporkan, 90% merupakan penyakit kulit yangberhubungan dengan pekerjaan. Penting riwayat pekerjaan dalam mengidentifikasiiritan yang merupakan penyebab, membuat peka atau karena faktor lain.
  • Kerusakan Pendengaran
Banyakkasus gangguan pendengaran menunjukan akibat pajanan kebisingan yang lama, adabeberapa kasus bukan karena pekerjaan. Riwayat pekerjaan secara detailsebaiknya didapatkan dari setiap orang dengan gangguan pendengaran. Dibuatrekomendasi tentang pencegahan terjadinya hilangnya pendengaran.
  • Gejala pada Punggung dan Sendi
Tidakada tes atau prosedur yang dapat membedakan penyakit pada punggung yangberhubungan dengan pekerjaan daripada yang tidak berhubungan dengan pekerjaan.Penentuan kemungkinan bergantung pada riwayat pekerjaan. Artritis dan tenosynovitisdisebabkan oleh gerakan berulang yang tidak wajar.
  • Kanker
Adanyapresentase yang signifikan menunjukan kasus Kanker yang disebabkan oleh pajanandi tempat kerja. Bukti bahwa bahan di tempat kerja, karsinogen sering kalididapat dari laporan klinis individu dari pada studi epidemiologi. Pada Kankerpajanan untuk terjadinya karsinogen mulai > 20 tahunsebelum diagnosis.
  • Coronary Artery Disease
Olehkarena stres atau Carbon Monoksida dan bahan kimia lain di tempat kerja.
  • Penyakit Liver
Seringdi diagnosis sebagai penyakit liver oleh karena hepatitis virus atau sirosiskarena alkohol. Penting riwayat tentang pekerjaan, serta bahan toksik yang ada.
  • Masalah Neuropsikiatrik
Masalahneuropsikiatrik yang berhubungan dengan tempat kerja sering diabaikan. Neuropati perifer, sering dikaitkan dengan diabet, pemakaian alkohol atau tidakdiketahui penyebabnya, depresi SSP oleh karena penyalahgunaan zat-zat ataumasalah psikiatri. Kelakuan yang tidak baik mungkin merupakan gejala awal daristres yang berhubungan dengan pekerjaan. Lebih dari 100 bahan kimia (a.Isolven) dapat menyebabkan depresi SSP. Beberapa neurotoksin (termasuk arsen,timah, merkuri, methyl, butyl ketone) dapat menyebabkan neuropati perifer.Carbon disulfide dapat menyebabkan gejala seperti psikosis.
  • Penyakit yang Tidak Diketahui Sebabnya
Alergidan gangguan kecemasan mungkin berhubungan dengan bahan kimia ataulingkungan. Sick building syndrome. Multiple Chemical Sensitivities (MCS), mis:parfum, derivate petroleum, rokok.
  • Pencegahan
Pengurus perusahaan harus selalumewaspadai adanya ancaman akibat kerja terhadap pekerjaannya. Kewaspadaan tersebut bisa berupa :
  1. Melakukan pencegahan terhadaptimbulnya penyakit
  2. Melakukan deteksi dini terhadapganguan kesehatan
  3. Melindungi tenaga kerja dengan mengikutiprogram jaminan sosial tenaga kerja seperti yang di atur oleh UU RI No.3 Tahun1992.
Mengetahui keadaan pekerjaan dankondisinya dapat menjadi salah satu pencegahan terhadap PAK. Beberapa tipsdalam mencegah PAK, diantaranya:
  1. Pakailah APD secara benar danteratur
  2. Kenali risiko pekerjaan dan cegahsupaya tidak terjadi lebih lanjut.
  3. Segera akses tempat kesehatanterdekat apabila terjadi luka yang berkelanjutan.
Selain itu terdapat juga beberapapencegahan lain yang dapat ditempuh agar bekerja bukan menjadi lahan untukmenuai penyakit. Hal tersebut berdasarkan Buku Pengantar Penyakit Akibat Kerja,diantaranya:
  1. Pencegahan Primer – HealthPromotion
    1. Perilaku Kesehatan
    1. Faktor bahaya di tempat kerja
    1. Perilaku kerja yang baik
    1. Olahraga
    1. Gizi seimbang
  2. Pencegahan Sekunder – Specifict Protection
    1. Pengendalian melaluiperundang-undangan
    1. Pengendalianadministrative/organisasi: rotasi/pembatasan jam kerja
    1. Pengendalian teknis: subtitusi,isolasi, ventilasi, alat pelindung diri (APD)
    1. Pengendalian jalur kesehatan:imunisasi
  3. Pencegahan Tersier
EarlyDiagnosis and Prompt Treatment
  1. Pemeriksaan kesehatan pra-kerja
  2. Pemeriksaan kesehatan berkala
  3. Surveilans
  4. Pemeriksaan lingkungan secaraberkala
  5. Pengobatan segera bila ditemukangangguan pada pekerja
  6. Pengendalian segera di tempat kerja
Kondisi fisik sehat dan kuat sangatdibutuhkan dalam bekerja, namun dengan bekerja benar teratur bukan berartidapat mencegah kesehatan kita terganggu. Kepedulian dan kesadaran akan jenispekerjaan juga kondisi pekerjaan dapat menghalau sumber penyakit menyerang.Dengan didukung perusahaan yang sadar kesehatan, maka kantor pun akanbenar-benar menjadi lahan menuai hasil bukanlah penyakit.
  • Perawatan dan pengobatan
Dalam melakukan penanganan terhadappenyakit akibat kerja, dapat dilakukan duamacam terapi, yaitu:
  1. Terapi medikamentosa Yaitu terapidengan obat obatan :
    1. Terhadap kausal (bila mungkin)
    1. Pada umumnya penyakit kerja inibersifat irreversibel, sehingga terapi sering kali hanya secara simptomatissaja. Misalnya pada penyakit silikosis (irreversibel), terapi hanya mengatasisesak nafas, nyeri dada2.
    1. Terapi okupasia
      1. Pindah ke bagian yang tidak terpapar
      1. Lakukan cara kerja yang sesuai dengan kemampuan fisik
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Setiap pekerjaan di dunia ini hampirpasti tak ada yang tak berisiko. Ibarat pepatah bermain air basah, bermain apihangus. Kecelakaan dan sakit akibat kerja sudah menjadi risiko setiap orangyang melakukan pekerjaan, baik itu petani, nelayan, buruh pabrik, pekerjatambang, maupun pegawai kantoran sekalipun.

Sepanjang tahun 2009, pemerintahmencatat telah terjadi sebanyak 54.398 kasus kecelakaan kerja di Indonesia.Meski menunjukkan tren menurun, namun angka tersebut masih tergolong tinggi.Kecelakaan kerja di sebuah pabrik gula di Jawa Tengah menyebabkan empatpekerjanya tewas dan di Tuban Jawa Timur seorang meninggal dan dua oranglainnya terluka akibat tersiram serbuk panas saat bekerja di salah satu pabriksemen adalah beberapa contoh kasus kecelakaan kerja yang mengakibatkan kerugianbahkan sampai menghilangkan nyawa.
Oleh karena itu perlu adanya penerapan sebuah sistem manajemen keselamatan dan kesehatan Kerja (SMK3) di tempat kerja berbasis paradigma sehat.

B. Saran
Demikian makalah yangkami sajikan, bila ada kesalahan dalam penulisan juga kekurangan dalam segipembahasan mohon dimaklumi. Dengan segala kerendahan hati, kami sebagaipenyusun makalah mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari teman-temandan dosen pembimbing agar dapat memperbaiki makalah selanjutnya.


DAFTAR PUSTAKA

Djojodibroto, R. Darmanto.1999. Kesehatan Kerja Di Perusahaan. Jakarta: GramediaPustaka Utama
Praya, abi.  2008. Penyakit Akibat Kerja. http://safety4abipraya.wordpress.com.
Suyono, Joko.1993. Deteksi Dini Penyakit Akibat Kerja. Jakarta: EGC
<no name> 2008. Penyakit Akibat Kerja. http://www.freewebs.com.
<no name> 2009. Mengenal Penyakit Akibat Kerja. http://hanscoy.blogspot.com.
<no name> 2010. Penyakit Akibat Kerja. http://www.tempointeraktif.com.
Direktorat Bina Kesehatan Kerja Depkes RI. 2007.

Tags Keyword

Post a Comment

Lebih baru Lebih lama